Minggu, 07 Mei 2017

Pencegahan Penyakit Keriting pada Cabe

PENDAHULUAN
Cabai merupakan komoditas penting bagi masyarakat Indonesia. Ketersediaan cabai di Indonesia menjadi isu menarik, sehingga banyak media massa kerap membuat liputan dan pemberitaan seputar ketersediaan dan harga cabai. Awal tahun 2017 yang lalu harga cabai dibeberapa wilayah di Indonesia seperti Provinsi Kep. Bangka Belitung mengalami peningkatan yang signifikan. Harga cabai di tingkat pedagang berkisar antara Rp. 100.000,- – 150.000,- per kilogramnya.

Fluktuasi harga cabai akhir-akhir ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain faktor cuaca yang tidak menentu, hama dan penyakit yag sulit untuk dikendalikan sehingga berkurangnya ketersediaan cabai di tingkat pedagang dan akhirnya harga cabaipun menjadi mahal. Jika di analisis lebih lanjut maka sebenarnya permasalahan tersebut sudah dimulai ketika budidaya dilakukan di lahan petani, mulai dari penyemaian hingga pane. Di tingkat petani, organisme pengganggu tanaman (OPT) menjadi penyebab utama berkurangnya produksi cabai. Salah satu hama penting yang selalu dihadapi oleh petani cabai adalah keriting. Pencegahan dini kutu kebul secara komprehensif perlu dilakukan untuk menjamin keberhasilan budidaya cabai.




Organisme pengganggu tanaman (OPT) penting yang menyebabkan daun tanaman cabai menjadi keriting adalah kutu kebul, thrips, kutu daun, ulat grayak, virus kuning (virus gemini) dan lain-lain.

PENCEGAHAN
Beberapa cara pencegahan keriting pada tanaman cabai yang bisa dilakukan petani adalah sebagai berikut:

1. Memperhatikan Kondisi Cuaca

Keberhasilan bercocok tanam cabai sangat ditentukan oleh faktor cuaca. Tantangan hama dan penyakit yang dihadapi oleh petani saat musim hujan dan musim kering sedikit berbeda. Eskalasi serangan hama lebih sering muncul pada musim kemarau termasuk kutu-kutuan yang merupakan salah satu penyebab keriting pada tanaman cabai. Sedangkan serangan penyakit cenderung meningkat pada musim penghujan. Strategi yang diterapkan oleh petani bisa berdasarkan musim tersebut. Saat ini untuk mendapatkan informasi iklim dan cuaca relatif lebih mudah. BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi da Geofisika) setiap bulan menerbitkan buletin yag berisi informasi curah hujan, sifat hujan, prakiraan awal musim kemarau/hujan, curah hujan dan informasi lainnya yang sangat penting di ketahui oleh petani. Melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) informasi ini akan sangat membatu petani.

2. Penggunaan Border 4-6 Baris Jagung
Penggunaan tanaman jagung sebagai border dapat dilakukan. Fungsi tanaman jagung adalah sebagai perangkap bagi hama, khususnya penyebab keriting pada tanaman cabai. Perlindungan tanaman cabai dengan membuat border di sekeliling tanaman cabai dapat mengurangi eskalasi serangan hama.

3. Penggunaan Mulsa Plastik Perak
Mulsa plastik perak dapat mengurangi serangan hama dari jenis kutu-kutuan. Panas dari cahaya matahari yang dipantulkan kembali oleh mulsa plastik sangat tidak disukai oleh hama kutu.


4. Pemanfaatan Musuh Alami

Go-green merupakan sistem usahatani yang ramah lingkungan. Salah satu upaya untuk mengurangi serangan hama dan penyakit adalah dengan pemanfaatan musuh alami. Sebagai contoh pemanfaatan semut merah untuk mengurangi kutu-kutuan. Cara ini bisa dilakukan untuk menekan populasi hama tertentu tetapi tidak bisa menanggulangi serangan hama secara komprehensif.

5. Penggunaan Perangkap Kuning
Perangkap kuning merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mengendalikan hama kutu-kutuan dan ngengat di tanaman cabai. Cara pembuatan perangkap ini cukup mudah yaitu dengan mengoleskan lem/perekat pada permukaan kertas/plastik yag berwarna kuning. Hama tertentu sangat menyukai warna kuning dan hama tersebut hinggap maka ia akan melekat di peragkap tersebut.

6. Penggunaan Pestisida Nabati

Pestisida nabati sudah banyak dikenal oleh petani. Salah satu contoh adalah daun mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Kelebihan penggunaan pestisida nabati adalah aman, tidak menimbulkan efek samping dan ramah lingkungan.

7. Penggunaan Pestisida Kimia

Penggunaan pestisida kimia sesuai kebutuhan dengan dosis yang sesuai petunjuk. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya.

Ditulis Oleh : Feriadi, S.P. (BPTP Kep. Bangka Belitung)
sumber : cyber extension Kementrian Pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar