PENDAHULUAN
Cabai merupakan komoditas penting bagi
masyarakat Indonesia. Ketersediaan cabai di Indonesia menjadi isu
menarik, sehingga banyak media massa kerap membuat liputan dan
pemberitaan seputar ketersediaan dan harga cabai. Awal tahun 2017 yang
lalu harga cabai dibeberapa wilayah di Indonesia seperti Provinsi Kep.
Bangka Belitung mengalami peningkatan yang signifikan. Harga cabai di
tingkat pedagang berkisar antara Rp. 100.000,- – 150.000,- per
kilogramnya.
Fluktuasi harga cabai akhir-akhir ini
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain faktor cuaca yang tidak
menentu, hama dan penyakit yag sulit untuk dikendalikan sehingga
berkurangnya ketersediaan cabai di tingkat pedagang dan akhirnya harga
cabaipun menjadi mahal. Jika di analisis lebih lanjut maka sebenarnya
permasalahan tersebut sudah dimulai ketika budidaya dilakukan di lahan
petani, mulai dari penyemaian hingga pane. Di tingkat petani, organisme
pengganggu tanaman (OPT) menjadi penyebab utama berkurangnya produksi
cabai. Salah satu hama penting yang selalu dihadapi oleh petani cabai
adalah keriting. Pencegahan dini kutu kebul secara komprehensif perlu
dilakukan untuk menjamin keberhasilan budidaya cabai.
Organisme
pengganggu tanaman (OPT) penting yang menyebabkan daun tanaman cabai
menjadi keriting adalah kutu kebul, thrips, kutu daun, ulat grayak,
virus kuning (virus gemini) dan lain-lain.
PENCEGAHAN
Beberapa cara pencegahan keriting pada tanaman cabai yang bisa dilakukan petani adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan Kondisi Cuaca
Keberhasilan
bercocok tanam cabai sangat ditentukan oleh faktor cuaca. Tantangan
hama dan penyakit yang dihadapi oleh petani saat musim hujan dan musim
kering sedikit berbeda. Eskalasi serangan hama lebih sering muncul pada
musim kemarau termasuk kutu-kutuan yang merupakan salah satu penyebab
keriting pada tanaman cabai. Sedangkan serangan penyakit cenderung
meningkat pada musim penghujan. Strategi yang diterapkan oleh petani
bisa berdasarkan musim tersebut. Saat ini untuk mendapatkan informasi
iklim dan cuaca relatif lebih mudah. BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi
da Geofisika) setiap bulan menerbitkan buletin yag berisi informasi
curah hujan, sifat hujan, prakiraan awal musim kemarau/hujan, curah
hujan dan informasi lainnya yang sangat penting di ketahui oleh petani.
Melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) informasi ini akan sangat
membatu petani.
2. Penggunaan Border 4-6 Baris Jagung
Penggunaan
tanaman jagung sebagai border dapat dilakukan. Fungsi tanaman jagung
adalah sebagai perangkap bagi hama, khususnya penyebab keriting pada
tanaman cabai. Perlindungan tanaman cabai dengan membuat border di
sekeliling tanaman cabai dapat mengurangi eskalasi serangan hama.
3. Penggunaan Mulsa Plastik Perak
Mulsa
plastik perak dapat mengurangi serangan hama dari jenis kutu-kutuan.
Panas dari cahaya matahari yang dipantulkan kembali oleh mulsa plastik
sangat tidak disukai oleh hama kutu.
4. Pemanfaatan Musuh Alami
Go-green
merupakan sistem usahatani yang ramah lingkungan. Salah satu upaya
untuk mengurangi serangan hama dan penyakit adalah dengan pemanfaatan
musuh alami. Sebagai contoh pemanfaatan semut merah untuk mengurangi
kutu-kutuan. Cara ini bisa dilakukan untuk menekan populasi hama
tertentu tetapi tidak bisa menanggulangi serangan hama secara
komprehensif.
5. Penggunaan Perangkap Kuning
Perangkap
kuning merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mengendalikan
hama kutu-kutuan dan ngengat di tanaman cabai. Cara pembuatan perangkap
ini cukup mudah yaitu dengan mengoleskan lem/perekat pada permukaan
kertas/plastik yag berwarna kuning. Hama tertentu sangat menyukai warna
kuning dan hama tersebut hinggap maka ia akan melekat di peragkap
tersebut.
6. Penggunaan Pestisida Nabati
Pestisida
nabati sudah banyak dikenal oleh petani. Salah satu contoh adalah daun
mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Kelebihan
penggunaan pestisida nabati adalah aman, tidak menimbulkan efek samping
dan ramah lingkungan.
7. Penggunaan Pestisida Kimia
Penggunaan
pestisida kimia sesuai kebutuhan dengan dosis yang sesuai petunjuk.
Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik
pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun
waktu aplikasinya.
Ditulis Oleh : Feriadi, S.P. (BPTP Kep. Bangka Belitung)
sumber : cyber extension Kementrian Pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar